Kegiatan Bis Mania Community dan Keselamatan Anak di Pertaruhkan
SOLO-Fenomena anak bawah umur yang merekam laju bus ikut disorot Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Eks Karesidenan Surakarta. Ketua MTI Eks Karesidenan Surakarat Budi Yulianto menilai aktivitas tersebut cukup berisiko terhadap keselamatan anak-anak.
“Dari segi keselamatan kurang mendukung. Bisa saja demi mendapatkan gambar yang bagus, anak-anak masuk ke badan jalan. Ambil momen bagus, bagaimana pun caranya, itu kan berbahaya,” jelas Budi, Rabu (28/10).
Selain itu, aksi bocah-bocah tersebut dikhawatirkan dapat mengganggu konsentrasi pengemudi bus. Karena mereka kerap bergerombol dan mengangkat tangannya lalu menggerak-gerakkan ibu jari sebagai tanda agar sopir bus membunyikan klakson.
Menurut Budi, jika bertujuan menghidupkan transportasi umum, masih ada cara lain yang lebih aman. Yaitu dengan langkah nyata mengurangi kendaraan pribadi dan menggunakan transportasi umum untuk mendukung aktivitas sehari-hari.
Karena itu, Budi menyarankan, komunitas terkait, dalam hal ini BMC segera turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi kepada anak-anak perekam laju bus. “Kalau perlu, sopir bus tidak perlu melayani permintaan anak-anak membunyikan klakson. Bukannya apa-apa, ini demi keselamatan bersama,” tegasnya.
Terkait kondisi transportasi umum di Eks Karesidenan Surakarta, imbuh Budi, load factor atau tingkat keterisian penumpang memang memprihatinkan. Berdasar data MTI yang dikutip dari dishubkominfo, load factor angkutan umum hanya sekitar 30 persen dari jumlah ideal sekitar 70 persen.
“Angkot (load factor) hanya 30 persen. Bus Karanganyar-Solo dan Wonogiri-Solo juga segitu. Yang cukup stabil hanya BST (Batik Solo Trans) koridor 1 dan Koridor 2,” bebernya.
Apa faktor yang memengaruhi rendahnya load factor angkutan umum? Budi menyebut pesatnya pertumbuhan handphone dan kendaraan pribadi. “Angkutan umum tidak memiliki koneksivitas. Padahal faktor ini sangat memengaruhi. Contohnya begini, ketika seorang anak bepergian, mereka akan menggunakan handphone menghubungi kerabat dan meminta dijemput. Itu yang tidak dimiliki angkutan umum,” urainya.
Faktor lainnya adalah masyarakat belum mengutamakan faktor keselamatan. Mereka lebih senang menggunakan kendaraan pribadi, sepeda motor misalnya, padahal risiko mengalami kecelakaan lebih besar jika dibandingkan naik angkot atau bus. (wa)
Anda Telah Membaca artikel Kegiatan Bis Mania Community dan Keselamatan Anak di Pertaruhkan , Baca Juga Artikel Berikut
|
Yova Mahaputra